Tuesday, August 28, 2012

Konsep Membina Keluarga Bahagia


Seseorang yang gagal karirnya di luar rumah, tetapi sukses membangun keluarga yang kokoh dan sejahtera, maka tetaplah ia dipandang sebagai orang yang sukses dan berbahagia. Sebaliknya jika orang yang sukses di luar rumah, tetapi keluarganya berantakan, maka ia tidak disebut orang yang beruntung, karena betapapun sukses diraih, tetapi kegagalan dalam rumah tangganya akan tercermin di wajahnya, tercermin pula pada pola hidupnya yang tidak bahagia, hidup menjadi gelisah, tak tenang karena kegagalannya dalam membina rumah tangga.
Itulah sebabnya Pasangan ideal dari kata keluarga adalah bahagia, sehingga idiomnya  menjadi keluarga bahagia. Maknanya, tujuan dari setiap orang yang membina rumah tangga adalah mencari kebahagiaan hidup. Hampir seluruh budaya bangsa menempatkan kehidupan keluarga sebagai ukuran kebahagiaan yang sebenarnya.

Menikah  tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia bukan sesuatu yang mudah.  Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket)  bisa didiskusikan dan diubah sesuai dengan konsep fikiran yang akan dituangkan dalam wujud bangunan itu.  Demikian juga membangun keluarga bahagia, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga bahagia.

Beberapa konsep membangun keluarga yang bahagia.

1. Adanya mawaddah dan rahmah (Q.S/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut,  siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan dan kebahagiaan rumah tangga, sebaliknya, rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah. sederhananya ketika sikap seseorang yang siap berkorban demi pasangannya terus dijaga dan istiqomah, maka perasaan cinta itu akan dengan mudah hadir dalam dirinya.

2. Adanya saling membutuhkan dalam hubungan antara suami isteri, seperti pakaian dan yang memakainya (Q.S/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah menyebalkan dan tidak enak dipandang.

3. Dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf) tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q.S/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami.

4. Adanya semangat menjaga makanan yang halalan thayyiban. Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi minal haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana yang fatal.

Semoga bermanfaat


0 comments:

Post a Comment

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template