Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain. Keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain. Bahkan manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. )
Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata, sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un li ghairihi. Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafi’un li ghairihi ini sebagai salah satu karakter, sifat, muwashafat, yang harus ada pada diri seorang Muslim.
Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, apapun profesinya, ia memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Seorang Muslim bukanlah manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya. Dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama.
Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata, sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un li ghairihi. Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafi’un li ghairihi ini sebagai salah satu karakter, sifat, muwashafat, yang harus ada pada diri seorang Muslim.
Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, apapun profesinya, ia memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Seorang Muslim bukanlah manusia egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan sedekah setiap harinya. Dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan, utamanya kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama.
Rasulullah
SAW bersabda:
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ ، يَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ ، فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah
setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah
sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat
barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah
sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah
sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR.
Bukhari)
Demikianlah Muslim. Demikianlah Mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, nafi'un li ghairihi. Seorang Muslim yang menjadi pedagang atau pebisnis, orientasinya bukanlah sekedar meraup untung sebesar-besarnya, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, pedagang dan pebisnis Muslim pantang menipu customernya, ia bahkan memberikan yang terbaik kepada mereka, dan pada saat dibutuhkan menjadi konsultan serta memberikan pilihan-pilihan yang lebih baik.
Seorang Muslim yang menjadi guru, orientasinya bukanlah sekedar mengajar lalu setiap bulan mendapatkan gaji, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat terbaik kepada peserta didiknya, ia mengasihi mereka seperti mengasihi putranya sendiri, dan ia selalu memikirkan bagaimana cara terbaik dalam melakukan pewarisan ilmu sehingg peserta didiknya lebih cerdas, lebih kompeten dan berkarakter.
Seorang Muslim yang menjadi dokter, orientasinya adalah bagaimana ia memberikan pelayanan terbaik kepada pasiennya, ia sangat berharap kesembuhan dan kesehatan mereka, melakukan yang terbaik bagi kesembuhan dan kesehatan mereka.
Demikianlah Muslim. Demikianlah Mukmin. Ia senantiasa terpanggil untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, nafi'un li ghairihi. Seorang Muslim yang menjadi pedagang atau pebisnis, orientasinya bukanlah sekedar meraup untung sebesar-besarnya, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka memperoleh apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, pedagang dan pebisnis Muslim pantang menipu customernya, ia bahkan memberikan yang terbaik kepada mereka, dan pada saat dibutuhkan menjadi konsultan serta memberikan pilihan-pilihan yang lebih baik.
Seorang Muslim yang menjadi guru, orientasinya bukanlah sekedar mengajar lalu setiap bulan mendapatkan gaji, tetapi orientasinya adalah bagaimana ia memberikan manfaat terbaik kepada peserta didiknya, ia mengasihi mereka seperti mengasihi putranya sendiri, dan ia selalu memikirkan bagaimana cara terbaik dalam melakukan pewarisan ilmu sehingg peserta didiknya lebih cerdas, lebih kompeten dan berkarakter.
Seorang Muslim yang menjadi dokter, orientasinya adalah bagaimana ia memberikan pelayanan terbaik kepada pasiennya, ia sangat berharap kesembuhan dan kesehatan mereka, melakukan yang terbaik bagi kesembuhan dan kesehatan mereka.
Langkah-langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat
1. Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat Adalah Kemauan
Kuncinya
adalah kemauan, kemauan kita memberikan manfaat kepada orang lain. Jika kita
punya harta, kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta. Jika
kita punya ilmu, kita bisa memberikan manfaat ilmu kepada orang lain. Jika kita
punya tenaga, kita bisa memberikan manfaat dari tenaga kita kepada orang lain.
Ini adalah
langkah awal, Anda harus memiliki kemauan untuk memberikan manfaat kepada orang
lain. Bagaimana pun kondisi Anda. Jangan malah mencari-cari cara untuk
mendapatkan manfaat dari orang lain bahkan memanfaatkan orang lain.
Jika Anda
mau, bagaimana pun kondisi Anda, Anda bisa memberikan manfaat kepada orang
lain. Mau?
2. Take Action Now
Apa yang
bisa Anda lakukan sekarang untuk memberikan manfaat kepada orang lain? Anda
bisa share artikel ini melalui facebook atau twitter Anda. Ini jauh lebih
memberikan manfaat kepada teman-teman Anda daripada Anda update status yang
tidak penting bahkan hanya berisi keluhan dan caci maki.
Lihat
sekitar Anda, adakah yang bisa Anda bantu. Adakah yang bisa Anda lakukan untuk
memperbaiki lingkungan, rumah, atau kantor Anda? Akan banyak yang bisa Anda
lakukan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
3. Biasakanlah Memberikan Manfaat,
Jadikan Gaya Hidup Anda
Jika
memberikan manfaat kepada orang sudah menjadi kebiasaan Anda, maka Anda sudah
mulai menjadi pribadi yang bermanfaat. Pada langkah #2, Anda baru disebutkan
melakukan kebaikan (belum menjadi akhlaq), namun jika sudah menjadi kebiasaan
dan menjadi gaya hidup Anda, maka Anda sudah mulai menjadi pribadi yang
bermanfaat.
Ini yang
kada dilupakan orang. Banyak yang hanya membahas sampai melakukan kebaikan
dengan cara membantu orang orang lain. Namun itu belum menjadi kepribadian,
baru sebatas mau melakukan. Sebuah tindakan, akan menjadi sebuah akhlaq saat
Anda sudah melakukan dengan biasa tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Anda memberi,
belum tentu kepribadian Anda. Namun jika Anda sudah biasa memberi dan menjadi
gaya hidup Anda, barulah disebut kepribadian.
4. Tingkatkan Manfaat Diri Anda
Harus
ditingkatkan? Tentu saja, sebab menurut hadits diatas tidak hanya mengatakan
menjadi pribadi yang bermanfaat, tetapi ada kata superalif yaitu paling.
Artinya Anda ditantang untuk menjadi juara dalam kebaikan. Anda harus
menjadi yang paling memberikan manfaat kepada orang lain. Bukan sekedar
memberikan manfaat.
Bagaimana
cara meningkatkan manfaat diri Anda? Ya, Anda harus meningkatkan kuantitas dan
kualitas kebaikan Anda. Kuantitas bisa dilihat dari frekuensi dan besarnya apa
yang Anda berikan kepada orang lain. Sementara kualitas manfaat ditingkatkan
dengan cara meningkatkan kualitas diri Anda, yaitu dengan meningkatkan
keterampilan dan kemampuan Anda, sehingga apa yang Anda berikan semakin
bermanfaat.
5. Raihnya Manfaatnya Untuk Anda Juga
Jangan
sampai, Anda memberikan manfaat tetapi tidak memberikan manfaat untuk diri Anda
sendiri. Bukan, saya bukan mengatakan berharap dari orang yang kita berikan
manfaat. Bukan itu. Namun, yang saya maksud adalah kita harus menghindari dari
semua penghapus pahala amal, itu ketidak ikhlasan atau riya’.
Jadi, agar
kita benar-benar mendapatkan dari manfaat yang kita berikan kepada orang lain,
kita harus ikhlas. Ikhlas adalah kunci diterimanya amal. Dan hanya amal yang
diterima Allah SWT yang akan memberikan manfaat kepada kita dunia dan akhirat.
Niatkan,
bahwa apa yang kita lakukan hanya karena Allah, bukan karena ingin disebut
pribadi yang bermanfaat (pujian). Penyakit riya sungguh tidak terlihat, sangat
samar, sehingga kita harus hati-hati.
Maka
barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan
balasannya (QS. Al
Zalzalah:7)
Itulah
kelima langkah menjadi pribadi yang bermanfaat, bahkan paling bermanfaat.